Di tengah dinamika dunia kerja modern, isu kesehatan mental kian mendapat perhatian sebagai salah satu faktor penting penentu produktivitas dan kualitas sumber daya manusia. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kesejahteraan psikologis pekerja tidak hanya dipengaruhi oleh beban tugas, tetapi juga oleh lingkungan sosial, budaya organisasi, dan peran di luar pekerjaan. Dalam konteks ini, pekerja perempuan menjadi salah satu kelompok yang menghadapi tantangan lebih kompleks.
Kesadaran terhadap kesehatan mental pekerja perempuan terus menjadi sorotan, seiring meningkatnya tuntutan pekerjaan dan tekanan sosial di berbagai sektor. Laporan dan kajian ilmiah mencatat bahwa perempuan memiliki risiko lebih tinggi mengalami stres, kecemasan, serta kelelahan emosional (burnout), terutama akibat peran ganda yang mereka jalankan. Di satu sisi, perempuan dituntut profesional dalam pekerjaan; di sisi lain, mereka tetap memikul tanggung jawab domestik di rumah. Kombinasi kedua peran ini kerap menimbulkan tekanan berlebih yang dapat memengaruhi performa kerja, kesehatan fisik, dan hubungan sosial.
Pakar kesehatan kerja mengidentifikasi sejumlah faktor yang berkontribusi terhadap meningkatnya risiko gangguan kesehatan mental pada pekerja perempuan, antara lain:
· Jam kerja panjang dan beban tugas yang tidak sebanding
· Keterbatasan dukungan institusi, termasuk kurangnya program kesejahteraan mental
· Kesenjangan gender seperti diskriminasi, pelecehan, dan ketidaksetaraan kesempatan karier
· Tanggung jawab domestik yang tinggi, khususnya bagi perempuan yang telah berkeluarga
· Minimnya waktu istirahat serta kurangnya kesempatan untuk self-care
Sebagai respons, pemerintah dan berbagai organisasi mendorong perusahaan untuk menerapkan kebijakan yang lebih ramah gender dan lebih mendukung kesehatan mental pekerja. Upaya tersebut mencakup penyediaan employee assistance program (EAP), layanan konseling, fleksibilitas jam kerja, cuti kesehatan mental, serta pelatihan manajemen stres. Langkah-langkah ini diharapkan dapat menjaga produktivitas serta memperkuat kondisi psikologis pekerja perempuan sehingga tetap sehat, aman, dan berdaya.